Study Club Herpetologi Biologi UAD

IMG_8503_800x533

Penyu merupakan salah satu hewan reptil yang keberadaannya di Indonesia saat ini mulai langka. Enam dari tujuh spesies penyu laut ditemukan di Indonesia, yaitu penyu belimbing   (Dermochelys   coriacea   Linnaeus),   penyu   sisik   (Eretmochelys imbricata Linnaeus), penyu hijau (Chelonia mydas Linnaeus), penyu abu-abu atau lekang (Lepidochelys olivacea Eschscholtz), penyu tempayan (Caretta carreta Linnaeus), serta penyu pipih (Natator depressus Garman). Pemerintah Indonesia telah menetapkan semua jenis penyu sebagai satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar (Chandra, 2001).

Kelompok Studi (KS) dibawah naungan HMPS Biologi UAD yang pengelolaannya dibawah Divisi IPTEK, pada hari Sabtu, 30 Mei 2015 berkesempatan mengadakan penyisiran untuk pencarian telur penyu di Pantai Baru Bantul, dibantu oleh pihak KP4 (Kelompok Pemuda Peduli Penyu Pandansimo). Sabtu (30/5), mahasiswa Biologi UAD, pengelola KP4 dan Bapak Agung Budiantoro, M.Si selaku wakil dekan FMIPA UAD dan pembimbing dari KS Herpetology Penyu beserta mbak Ari yang merupakan salah satu mantan anggota KP Herpetology UGM yang membidangi spesialis untuk penyu belimbing (Dermochelys   coriacea   Linnaeus), sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut.

 

“Kegiatan penyisiran telur penyu ini salah satu tujuannya adalah untuk melestarikan keberadaan telur penyu itu sendiri, seperti yang telah kita ketahui bahwa untuk saat ini keberadaan penyu di Indonesia khususnya di Jogja sudah jarang ditemui, berbagai perburuan penyu yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pantai diantaranya oleh nelayan dan para pemancing berisiko mengancam keberadaan penyu, selain itu sampah plastik transparant yang mempunyai struktur seperti ubur-ubur (Aurelia aurita) yang merupakan salah satu makanan penyu dianggap ubur-ubur asli dan akhirnya akan dimakan, sampah tersebut tidak dapat tercerna dalam pencernaan penyu sehingga dapat menganggu masa hidupnya” tutur Gembol yang merupakan ketua KP4 sekaligus ketua karang taruna di desanya.

IMG_8784_800x533

Kegiatan yang dilakukan KS Herpetology Penyu UAD dimulai pada pukul 05.00 WIB (30/5) para peserta sampai di Pantai Baru pukul 08.00 WIB lalu berkumpul di masjid pesisir Pantai Baru, selama 2 jam peserta mendengarkan penjelasan oleh Bapak Agung Budiantara, M.Si, KP4 dan Mbak Ari. Disini peserta mendapatkan banyak ilmu baru yang belum tentu didapatkan selama di bangku perkuliahan. Pukul 10.00-01.30 WIB peserta melakukan penyisiran di sepanjang Pantai Baru yang jaraknya sekitar 3 km.

Menurut Taufik (Biologi UAD 14) selaku ketua pelaksana KP Herpetology Penyu, selama kegiatan ini banyak yang didapatkan, menyisir pantai malam-malam yang hanya ditemani oleh sinar dari senter dan cahaya rembulan, selain itu kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama sehingga sangat menyenangkan. Namun, selama penyisiran kami belum mendapatkan telur penyu yang diinginkan, salah satu faktor yang menyebabkannya mugkin karena satu hari sebelumnya KP4 sudah berhasil menemukannya terlebih dahulu. Hal ini tidak akan memetahkan semangat kami dalam pencarian kedepannya. Saran saya, untuk generasi penerus HMPS Biologi UAD semoga kegiatan seperti ini jangan sampai terputus dan dapat diteruskan oleh generasi berikutnya.

Untuk kegiatan kedepannya, KS Herpetology Penyu UAD akan melaksanakan “Release Tukik” yang insyaAllah akan diadakan pada tanggal 23/29 Juni mendatang, tempat pelaksanaannya masih sama yaitu di Pantai Baru Bantul. Taufik menghimbau kepada seluruh mahasiswa Biologi UAD selaku cendekia muda yang peduli lingkungan dapat ikut memeriahkan kegiatan ini. (kominfo-dita)

Mahasiswa Biologi, Mahasiswa yang Peduli Vegetasi Mangrove

IMG_9219_800x533Menurut Steenis (1978) Hutan Bakau adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Menurut data Kementerian Negara Lingkungan Hidup, luas hutan bakau Indonesia mencapai 4,3 juta ha (2006). Sedang menurut FAO (2007) pada tahun 2005 Indonesia memiliki hutan mangrove seluas 3 juta ha. Sayangnya rekor alam Indonesia ini diikuti pula dengan rekor kerusakan hutan bakau terbesar. Dari tahun ke tahun luas hutan mangrove Indonesia menurun dengan drastis. Bahkan menurut sebuah data, hutan mangrove yang telah ter-deforestasi sehingga dalam kondisi rusak berat mencapai 42%, rusak mencapai 29%, kondisi baik sebanyak < 23% dan hanya 6% saja yang kondisinya sangat baik.

IMG_9391_800x533

Oleh karena itu pada Minggu, 14 Juni 2015 segenap mahasiswa FMIPA UAD khususnya prodi Biologi berkesempatan untuk melakukan penanaman spesies vegetasi magrove di muara sungai opak (Pantai Baros). Acara ini terselenggara atas kerjasama dari departemen psdm bem fmipa dan divisi pbsdm berbagai hmps prodi salah satunya prodi biologi. H-1 pelaksanaan telah diadakan TM (Technical meeting) dengan membagi peserta menjadi beberapa kelompok dan menyampaiakan berbagai keperluan yang harus dibawa. Teriknya panas matahari hari itu tidak mengurangi semangat para mahasiswa, dengan dibekali beberapa pengertian dan cara penanaman yang baik para peserta mendengarkanya dengan seksama. Setelah pembekalan para peserta dibagikan bibit tanaman salah satunya adalah Avicennia sp. yang merupakan spesies yang paling bagus ditanam untuk mencegah erosi dari air laut. Peserta mulai berjalan untuk menuju lokasi penanaman mangrove selanjutnya. tidak hanya disuguhkan pemandangan air yang indah namun semilir angin yang berhembus kuat membuat suasana tidak begitu terik dan panas, satu persatu kelompok turun menuju daerah eksekusi. Setelah memilih tempat yang masih kosong, dengan hati hati agar tidak menginjak mangrove mangrove kecil yang berada di samping kiri kanan segera peserta memulai untuk menanam mangrove. Celana basah pun tidak kami hiraukan, yang terpenting adalah bagaimana indonesia bisa bebas dari abrasi dan keberadaan mangrove di indonesia masih dapat dinikmati oleh para generasi penerus bangsa. Alangkah indahnya jika kita bisa menikmati hasilnya kelak.. bersusah susah dahulu bersenang senang kemudian. jaga terus hutan kita. salam lestari. (kominfo-el)